Menghormati Budaya untuk melestarikan alam
(To Kutoarjo Purworejo.)
Alam semesta tempat yang
kita tiggali mutlak perlu untuk dijaga, dipelihara dan di lestarikan agar umat
manusia yang metempati bisa lestari, sehat, sejahtera teruma generasi anak cucu
kita masih bisa menempati bumi ini dengan layak apalagi kalau lebih baik lagi
dari saat ini dimana saat ini kalau kami rasakan sudah banyak hal yang tidak
idial lagi. Coba mari kita rasakan bagamana lingkungan kita sudah tidak begitu
baik mendukung kehidupan kita, air cudah banyak tercemar sehingga untuk media
hidup kita , tanaman dan hewan tidak nyaman lagi ditambah kondisi social
ekonomi masyarakat kita ada sebagian yang kurang terpuji dengan membuang limbah
tidak pada tempatnya yang menjadikan polusi tanah, air dan udara. Ditambah
sikap kita yang mempunyai budaya baru yang kurang elok contohnya menangkap ikan
dengan setrum , racun bahkan dengan bom ikan dll.
Siapa lagi yang bisa
diharapkan untuk melindungi alam tempat tinggal kita ini kalau bukan kita
sendiri mungkin kita hanya bisa bicara dengan apa yang ada di pikiran dan hati
kita, tetapi sebenarnya sudah ada upaya dari wakil-wakil kita untuk membuat
aturan unntuk hal ini tapi itu perlu hal kongkrit untuk pelaksanaannya, juga
pengawasannya ditambah kesadaran kita untuk itu.
Kalau kita sedikit belajar
mengenai hal ini ada beberapa contoh di sekitar kita atau dari beberapa tempat
yang secara budaya maupun adat sudah dengan fanatic mempertahankan kelestarian
alam secara turun temurun hingga saat ini masih lestari dengan beberapa cara
salah satunya mitos pelestarian ala mini success karena masyarakat menghormati
mitos itu, kalau merusak atau menganngu makluk disitu akan timbul hal-hal yang
kurang baik bagi dirinya maupun lingkungannya jadi alam terlindungi.
Memang alam ini tercipta untuk
sebanyak-banyaknya untuk dipergunakan
pergunakan dan dimanfaatkan demi kesejahteraan kita semua, tapa ingat
sumber daya alam terbatas bisa rusak bisa pula habis mungkin alam bisa recafery
untuk bisa tumbuh kembali tapi itu lambat tidak memenuhi kebutuhan kita.
Mungkin kita bisa membatu itu dengan budaya Cuma masalahnya budidaya butuh
tenaga pikran, ilmu pengetahuan dan biaya.
Sejak kita masih belia di
daerah saya tinggal ada dua tempat yang lingkungannya sangat terjaga oleh sebab
masyarakatnya secara adat dan budaya secara turun temurun menghormati tradisi
itu pohon-pohon yang tumbuh orang tidak berani menembang bahkan sekedar untuk
kayu bakar ranting yang sudah kering pun tak berani ambil, masyarakat akan mengambil pohon pun kalau
untuk dipergunakan kepentingan desa umpamanya untuk bangunan Masjid, Mushola
atau kantor desa. Bahkan pada waktu masih anak-anak kita dan teman-teman kalau
terpakasa lewan diajarkan untuk bilang ”numpang-nupang lewat Mbah “ sepanjang yang kita lewati.
Bagaimanapun Sumber alam
melimpah di suatu wilayah kondisi global saat ini susah untuk dilindungi karena
masyarakat sudah mobilitasnya luas apa bila disatu wilayah sumber alamnya tidak
ada kepemikan secara hak siapa yang bisa melarang untuk mencarinya selagi ini
masih wilayah Negara kita kecuali sudah dikuasai suatu pihak dan dijaga dengan
baik Contohnya sumber daya alam ikan di sungai, dilaut dipersawahan sumber alam
di sungai di gunung dll. Contoh di
banyah tempat masyarak tidak berani ambil ikan di sutu kolam atau danau,
marakat tdak barani mengganggu hewan disuatu taman menembang pohon di sutu
hutan atau wilayah itu bukan takut sama Maaf “ tapi ada sesuatu yang kita tidak
faham. Tks.m116.